Salam Budaya

"Menulis Sampai Habis"

Sabtu, 25 Juli 2009

Teh Tawar Aroma Rindu

Teh Tawar Aroma Rindu
: Reinha


Teh tawar aroma melati. Ambil gelas dan tuang teh aroma melati. Tanpa gula. Seduh dengan air sepanas hatimu yang rindu itu. Jangan marah karena meminta kau cepat menghabiskannya. Sisakan saja ampasnya karena mungkin berguna. Aku akan menyeduh kembali lalu meminumnya. Kuharap masih dengan rasa yang sama.

Panas rindumu yang mendidih itu mungkin saja sudah mengental lama. Walau keharumannya hanya menimbulkan haru. Beri saja pemanis agar sempurna kau hidangkan. Dan ingatlah pertemuan-pertemuan lalu dimana kita menanam ucapan yang jadi beberapa puisi. Nikmatilah hasilnya dengan kearifan bijaksana.

Jika mau, kau bisa membacanya kembali. Setiap bait yang yang tersusun rapi itu. Kini jadi potongan kata tak bermakna bagimu. Hanya jadi kenangan hari-hari penuh sangsi. Kau tak melihat balutan situs di ruang tunggu. Yang mematangkan diri dengan kekosongan-kekosongan sepi.

Kita menafsirkan berbeda tentang kekosongan-kekosongan sepi itu. “Atau memang pemaknaan kita berbeda dalam semua hal?”. Semua itu bukan gumaman dongeng untuk diri sendiri. Tapi sebuah cerita nyata yang masih dalam kertas maya. Dan kini seolah-olah rindu itu memanasi aku untuk segera menyiapkan diri. Untuk segera terkena panasnya.


Balikpapan 1 Mei 200914:30 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar