Salam Budaya

"Menulis Sampai Habis"

Sabtu, 14 Mei 2011

Merahnya Merah

Lagi Kata Beku Susah Mencair

Padahal Sudah Kutumpahkan Panas

Kubawa Merahnya Merah

Padamu Kutumpahkan Renyah

Biar Kata

Jadi Kata Kata

Tetap Saja

Batu Tiba

Titik

Pada Bias Batas Pagi

Malam Yang Kini Hilang

Pada Runut Tak Berbunyi

Yang Ada Hanya Suara Angin

Yang Ada Hanya Suara Kitab Terbakar

Dalam Puisi

Nafas Itu Selalu Membuat Menulis
Jiwa Itu Membuat Getar Jasad
Ah Semakin Liar Ke-AKU-an
Kau Tetap Dalam Puisi
Hidupku

Biarkan Jadi Gila

Tik Tok Tik Tok

Malam Tiba

Tik Tok Tik Tok

Kasak Kusuk

Tik Tok Tik Tok

Meracau

Tik Tok Tik Tok

Gila

Biarkan Saja

(Anjing) Masa Lalu (Sampah) Masa depan

Biarkan Saja Mengejakulasi Sesukanya

Tak Juga Jadi Tak Apa

Biarkan Telapak Itu Menggenggam Kerikil

Lalu Sakitnya Menghantam Hati

Biarkan Tapak Menjejak

Meninggalkan Bekas Terpatri

Biarkan Kata Jadi Puisi

Sebab Nyali Sampai Mati

Biarkan Jadi Anjing

Biarkan Jadi Sampah

Masa Lalu

Biarkan Terkubur

Karena Kepalan Meninju Masa Depan

(Tak Mati)

Tercatat Atau Tidak

Tercatat Atau Tidak

Dalam Laman Mimpi Taman

Tercatat Atau Tidak

Kita Memulainya Melalui Ruh Yang Ditiupkan

Tercatat Atau Tidak

Hidup Di Dunia Dengan Segala Perbuatan

Tercatat Atau Tidak

Berat Bersih Penimbangan

Tercatat Atau Tidak

Hayal Sempurna Atau Neraka

(Berputar Itu Saja Pada Kita)

(Ruang Itu Tercipta Dengan Sendirinya Untukmu)

Dan Melampaui Semua Batas

Entah Itu Dibagian Otak Yang Mana

Kurasa Kita Merasakan Satu Tempat

Pada Kesamaan Yang Sama

Di Sebuah Lorong

Kita Sama-sama Tertawa

Pada Pecahan Kaca Botol

Yang Masih Menancap

(Pada Siapa)

Lalu

Setelah Lalu Biarkan Dia Memberi Tanda Dalam Setiap Sesuatu Yang Kau Baca

Lalu Biarkan Terhapus Jika Semua Kau Ingin Hapus\

Sebuah Cerita Akan Hilang Dan Menghasilkan Cerita Lalu

Kau Tak Usah Takut

Dunia Lalu Bukan Dunia Esok

Tapi Pijakan "Bual" Setelah Mabuk

Entah Apa?

Kau Masih Mengingatku Padahal Pada Angka & Waktu Yang Sama Kita Pernah Saling Mendebat Kisah Kosong

Maaf Jika Membuatku Berasa Kepala Keras (Padahal Kudengar Gumamanmu Berbicara "Kau Keras Kepala")

Memang Duniaku & Duniamu Absurd Tapi Tidakkah Disadari Pertikaian Hati Kecil Membuat Darah Bermuara Tak Tentu (Terhenyak Jujur Mungilmu)

Maaf..Aku Juga Rasa

Gunting Menggantung

Kopi Ini Sedikit Kental

Seandainya Malam Jadi Tiada

Apakah Waktu Akan Terpotong?

Lalu Matahari Esok Kau Temui Pucat

Tulisan Yang Salah

Bagaimana Kali Ini Aku Tak Tau Apa Yang Aku Tulis
Apakah Kau Akan Mengingatkanku
Apakah Salah Mulai Belajar Menulis Lagi
Tentang Kau Yang Melupakan Hati
Lalu Meninggalkan Aku Yang Tak Juga Mengerti
Tentang Tulisan Yang Kau Tinggalkan

Jarum Bengkok

Ketika Waktu Berhasil Jadi Makian Basi

Apakah Kita Menciptakan Ruang Yang Sama?

Hati Ini Sudah Terkunci Oleh Serpihan Luka Kecil Yang Makin Parah

Tak Usah Mengingat Apapun Karena Aku,Kau Dan Dia Melewati Jalan Pulang Masing-masing Yang Berbeda

Katakan

Katakan Dengan Pelan

Setiap Janji Masih Bisa Tidak Ditepati

Katakan Dengan Keras

Jika Masih Punya Mimpi

Katakan Dengan Pelan

Jika Masih Terasa Hanya Dihati

Katakan Dengan Keras

Kebenaran Masih Punya Nyali

Dan Aku Akan Katakan

Seberani Kau Mengatakan

Dia Mencintai Malam

Dia Mencintai Malam

Saat Angin Berhenti Berjanji

Dia Mencintai Malam

Lalu Menghabiskannya Sendiri

Dia Mencintai Malam

Memeras Sendiri Busa Tubuhnya

Dia Mencintai Malam

Hingga Habis Diulur Pagi

Kau Tau Maaf Itu Baik

Aku Mendengarkannya Saja

Lalu Beberapa Orang Anak Melemparimu Batu

Kau Masih Berkata

"Kau Tau Maaf Itu Baik"

Aku Lalu Menghajarmu

Biar Selesai Perkara Sudah

Apa Kau Masih Berkata

"Kau Tau Maaf Itu Baik"

Tersentak

Mengendap Dibalik Sudut Yang Memerdekakan Malam

Malam Yang Panas

Malam Yang Hampir Mati

Diam

Sepi

Tak Sempat Mendengar Suara Apapun

Jangan Pernah Menoleh Pada Dinding

Karena Coretan Tanda Pergi Itu Hampir Buram

Tak Terlihat Jelas

Kabur

Andai Masih Setebal Dahulu

Mungkin Angkatan Bedil Ini Terasa Berisi

Mematikan Setiap Hati Yang Terjaga

Dari Tidur

Selesai Hujan

Memandang Hujan Yang Kau Pinjamkan Tiba-tiba

Sempat Kau Bertanya Dengan Suara Pelan Yang Hampir Tak Terdengar

"Kapan Kau Kembalikan?"

Aku Hanya Diam Saja Sambil Menikmati Basahmu

Namun Selesai Hujan Baru Aku Mengerti

"Kau Meminjamkannya Terlalu Cepat!"

Belum Banyak Manfaatnya Dirasakan Oleh "Aku, Kau dan Kita"

Perlahan Aku Mengambil Tanah Yang Telah Bersatu Dengan Air

Padu Memang..Tapi Tak Sepadu Hatimu Yang Tersimpan Kemarau................

Bersama Udara bersih

Aku Lupa, Suatu Waktu Kita Pernah Melewatkan Malam Anggarakasih Dengan Ayat Yang Kukira Racauan Mantra. Dan Aku Bertambah Lupa, Apakah "Lelaku" Itu Sebuah Pertanda Tidak Kumengerti. Aku Ternyata Benar-benar Lupa, Kau Pernah Memberiku Kucing Lalu Aku Lupa Membedakanya Dengan Anjing (Dan Terpaksa Kumakan Saat Aku Benar-benar Lupa)

Sepantas Jejak

Tak Perlu Mengingat Semua Karena Sebuah Labirin Sudah Kau Semai Dengan Sendirinya, Esok Ia Akan Mengelupas Lalu Perlahan-lahan Tumbuh. Kau Hanya Perlu Menyiram, Membiarkan Ia Hidup Sebatas Kesukaanmu Memelihara Lalu Kau Biarkan Saja Mati Saat Tak Berguna Lagi, Biarkan Jejaknya Jadi Sepantas Uap Air Yang Menampar Sendiri Wajahmu.